Tan Malaka

Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka

1897 - 1949

Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka atau Tan Malaka adalah tokoh, pemikir, dan guru bangsa Indonesia. Tan Malaka menghabiskan hampir 20 tahun hidupnya dalam pelarian.

Image Placeholder

Sumatera Barat

1897 - 1913

Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka lahir di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Tan berangkat dari Teluk Bayur pada bulan Oktober 1913.

Image Placeholder

Haarlem

Oktober 1913 - November 1919

Bersekolah di Rijk Kweekschool di Haarlem, Belanda. Di sinilah Tan berkenalan dengan dunia politik dan ide dan teori revolusi. Pada saat-saat tinggal di Belanda ini-lah Tan terkena penyakit paru-paru akibat meremehkan iklim Eropa Utara. Pada masa-masa ini pula terjadi Revolusi Rusia (1917) yang membuat Tan semakin tertarik pada ide komunisme dan sosialisme. Tan mulai berkenalan dengan pemikiran Karl Marx, Friedrich Engels, Vladimir Lenin, dan Friedrich Nietzsche.

Image Placeholder

Deli

1919 - 1921

Tan mendapat tawaran dari Dr. C. W. Janssen untuk menjadi guru sekolah di perkebunan teh Belanda di Deli, Sumatera Timur. Tan tiba di Deli pada bulan Desember 1919 namun baru mulai mengajar pada bulan Januari 1920. Di sini Tan menghasilkan Deli Spoor, sebuah propaganda subversif untuk para kuli.

Image Placeholder

Jakarta

1921

Tan ditawari pekerjaan sebagai guru di Jakarta oleh G. H. Horensma. Tawaran itu ditolak oleh Tan karena Tan ingin mendirikan sekolah sendiri. Tan kemudian menjadi anggota Volksraad dari sayap kiri, namun mengundurkan diri pada tanggal 23 Februari 1921.

Image Placeholder

Yogyakarta

1921

Tan pindah ke Yogyakarta dan tinggal di rumah Sutopo, mantan pemimpin Budi Utomo. Di sini Tan bergabung dengan Sarekat Islam dan mengikuti Muktamar ke-5 Sarekat Islam. Muktamar ke-5 Sarekat Islam.

Image Placeholder

Semarang

1921

Sarekat Islam terpecah menjadi SI Putih dan SI Merah. SI Merah kemudian menjadi Partai Komunis Indonesia. Tan pindah ke Semarang atas undangan Semaun untuk bergabung dengan PKI. Tan kemudian menggantikan posisi Semaun sebagai pemimpin PKI pada Desember 1921. Tan berusaha menyatukan gerakan komunis dan gerakan Islam. Di bawah pimpinan Tan, PKI menjalin hubungan baik dengan SI.

Image Placeholder

Amsterdam

1 Mei 1922

Tan Malaka ditangkap dan diasingkan ke Amsterdam, Belanda oleh pemerintah kolonial. Di Belanda, Tan malah menjadi calon anggota parlemen nomor 3 di Partai Komunis Belanda.

Image Placeholder

Berlin, Jerman

-

Tan melamar menjadi legiun asing, namun gagal. Di Berlin inilah Tan bertemu dengan Darsono, salah satu tokoh Partai Komunis Indonesia.

Image Placeholder

Moskow, Rusia

November 1922

Tan mewakili Partai Komunis Indonesia dalam konferensi Komunis Internasional (Komintern) keempat di Moskow. Tan diangkat menjadi wakil Komintern untuk Asia Timur di Kanton. Maka Tan berangkat ke Kanton.

Image Placeholder

Kanton

Desember 1923

Tan menjadi wakil Komintern untuk Asia Timur di Kanton. Di sini Tan menerbitkan majalah The Dawn dan menulis buku Naar de Republiek Indonesia pada tahun 1925. Di Kanton pula Tan menerima kabar kematian ayahnya.

Image Placeholder

Manila

Juni 1925

Akibat sakit paru-paru yang dideritanya, Tan menyelundup ke Manila guna menyembuhkan penyakitnya itu. Dalam penyelundupan ini Tan menggunakan nama Elias Fuentes dan bekerja sebagai koresponden El Debate.

Image Placeholder

Singapura

Awal 1926

Tan masuk ke Singapura dengan menggunakan nama samaran Hasan Gozali dan mengaku sebagai orang Mindanao. Di sini Tan menulis buku Massa Actie.

Image Placeholder

Bangkok, Thailand

Juli 1927

Tan mendirikan Partai Republik Indonesia di Bangkok.

Image Placeholder

Filipina

Agustus - September 1927

Tan berada di Filipina dan tertangkap polisi Filipina. Pada tengah malam bulan September 1927 Tan diusir dan dititipkan ke kapal Suzanna dengan tujuan Pulau Amoy (Xiemen).

Image Placeholder

Pulau Amoy (Xiemen)

1927

Tan diturunkan di pulau Amoy.

Image Placeholder

Shanghai

1930

Tan masuk Shanghai dengan menyamar sebagai seorang wartawan Filipina untuk majalah Bankers Weekly dengan nama samaran Ossario.

Image Placeholder

Hong Kong

Oktober 1932

Pecah perang antara Cina dan Jepang. Tan mengungsi ke Hong Kong namun pada bulan Desember 1932 ia tertangkap dan dibuang ke Shanghai dengan kapal.

Image Placeholder

Pulau Amoy

Desember 1932

Pada saat perjalanan naik kapal Tan berhasil kabur dan melarikan diri ke pulau Amoy. Di sini Tan mendirikan sekolah bahasa Inggris dan Jerman pada tahun 1936. Setahun kemudian Jepang menyerang Amoy. Tan mengungsi ke Rangoon.

Image Placeholder

Rangoon

31 Agustus 1937

Tan tiba di Rangoon. Tan hanya menetap selama sebulan di Rangoon. Ia kemudian pergi ke Singapura.

Image Placeholder

Singapura

1937 - 1942

Tan mengajar bahasa Inggris dan matematika di sebuah sekolah Tionghoa. Saat pasukan Jepang tiba, Tan pergi ke Indonesia melalui Penang, Malaysia.

Image Placeholder

Penang, Malaysia

Mei 1942

Tan tiba di Penang dan menunggu kapal ke Medan. Pada tanggal 10 Juni 1942, Tan berlayar ke Medan dengan nama samaran Legas Hussein.

Image Placeholder

Padang

1942

Tan mampir di Padang dan mengaku sebagai Ramli Hussein. Dari Padang Tan melanjutkan perjalanan ke Lampung, kemudian Jakarta.

Image Placeholder

Jakarta

Juli 1942

Tan sampai di daerah Rawajati pada bulan Juli 1942. Di sini ia menulis Madilog dan Aslia.

Image Placeholder

Bayah, Banten

1943

Tan menjadi kerani di pertambangan batu bara di Bayah, Banten. Tan menggunakan nama samaran Ilyas Hussein.

Image Placeholder

Jakarta

19 September 1945

Tan menggerakkan pemuda untuk mengadakan rapat raksasa di Lapangan Ikada.

Image Placeholder

Purwokerto

1 Januari 1946

Tan menggalang kongres Persatuan Perjuangan untuk mengambil alih kekuasaan dari tentara sekutu.

Image Placeholder

Madiun

17 Maret 1946

Tan dan Sukarni tertangkap di Madiun. Persatuan Perjuangan dituduh akan mengkudeta Soekarno-Hatta. Sejak saat ini, Tan dan Sukarni hidup dari penjara ke penjara di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Image Placeholder

Magelang

Juni - September 1948

Tan dan Sukarni dipindahkan ke penjara di Magelang. Tan menulis Dari Penjara ke Penjara. Pada tanggal 16 September 1948 Tan dibebaskan.

Image Placeholder

Yogyakarta

7 November 1948

Tan dan Sukarni mendirikan Partai Murba di Yogyakarta pada tanggal 7 November 1948.

Image Placeholder

Gunung Wilis, Kediri

Februari 1949

Tan ditangkap dan dieksekusi oleh Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tanggal 21 Februari 1949 di desa Selopanggung, Gunung Wilis, Kediri. Tan dituduh melawan Soekarno-Hatta.

Adapted from Tempo Edisi Tan Malaka